Entri Populer
-
Deskripsi Matakuliah : EKMA4311 Studi Kelayakan Bisnis Sri Handaru Yuliati Harga Buku : Rp. 64.500,- (disertai multimedia) 3 SKS - Modu...
Entri Populer
-
Deskripsi Matakuliah : EKMA4216 Manajemen Pemasaran Basu Swastha Dharmmesta Harga Buku : Rp. 54.500,- (disertai multimedia) 3 SKS - Modul 1-...
Kamis, 12 November 2009
EKMA4313 Akuntansi Keuangan Menengah II
Deskripsi Matakuliah :
EKMA4313 Akuntansi Keuangan Menengah II
Abdul Halim
Harga Buku : Rp. 66.500,- (disertai multimedia)
3 SKS - Modul 1-9 / Edisi 2
ISBN : 9796893983
DDC22 : 657.48
Copyright (BMP) © Jakarta: Universitas Terbuka, 2002 Mata kuliah ini membahas tentang prosedur akuntansi, dasar penilaian dan ketentuan pengujian dari aktiva tetap, aktiva tak berwujud, obligasi, saham dan laba ditahan untuk laporan keuangan dalam kerangka hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim.
pembelian online:
http://ebook.ut.ac.id/product_info.php?cPath=21_33&products_id=153
Tinjauan Mata Kuliah
Mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II (AKM II) merupakan lanjutan dari mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I (AKM I), yang dipelajari sebelumnya. Mata kuliah ini membahas secara tuntas, hal-hal yang berkaitan dengan aktiva tetap (berwujud, tidak berwujud, dan sumber alam), saham, obligasi, laba ditahan serta koreksi kesalahan.
Materi-materi yang dibahas secara utuh adalah:
Modul 1 Aktiva Tetap Berwujud
Modul 2 Depresiasi dan Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Modul 3 Aktiva Sumber Daya Alam dan Aktiva Tetap Tak Berwujud
Modul 4 Utang Obligasi
Modul 5 Modal Saham: Transaksi-transaksi pada Saat Pengeluaran
Modul 6 Emisi Saham dan Hak Beli Saham
Modul 7 Modal Saham: Penarikan Kembali, Pelunasan, Pertukaran, dan Perubahan Nilai Nominal Saham
Modul 8 Laba Yang Ditahan
Modul 9 Perubahan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan
Rangkuman Mata Kuliah
MODUL 1
AKTIVA TETAP BERWUJUD: PEROLEHAN, PENGGUNAAN, DAN PEMBERHENTIANNYA
Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Karakteristik Aktiva Tetap Berwujud
Setiap perusahaan hampir dapat dipastikan mempunyai Aktiva Tetap Berwujud. Aktiva Tetap Berwujud merupakan aktiva yang mempunyai bentuk fisik, digunakan untuk operasi normal perusahaan, memiliki masa manfaat lebih dari 1 periode akuntansi, dan dimiliki bukan dengan maksud untuk dijual kembali.
Bila suatu aktiva mempunyai bentuk fisik tetapi tidak digunakan dalam operasi normal perusahaan maka akan digolongkan sebagai Investasi Jangka Panjang atau Aktiva Lain-lain. Demikian pula jika ada aktiva yang berumur lebih dari satu tahun, tidak digunakan untuk operasi normal perusahaan, tetapi dimaksudkan untuk dijual kembali, maka aktiva tersebut termasuk sebagai barang dagangan.
Aktiva Tetap Berwujud dicatat sebesar harga perolehannya dan penentuan harga perolehan tergantung pada jenis aktiva serta cara perolehannya. Yang dijadikan dasar umumnya adalah harga faktur ditambah biaya-biaya untuk memperolehnya. Kalau aktiva tetap dibuat sendiri maka harga perolehannya adalah biaya-biaya pembuatan aktiva tetap tersebut.
Kegiatan Belajar 2
Perolehan Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva Tetap Berwujud dapat diperoleh dengan berbagai cara. Cara perolehan akan menentukan besarnya harga perolehan yang dijadikan sebagai dasar pencatatan. Cara perolehan Aktiva Tetap Berwujud antara lain adalah: pembelian tunai, pembelian kredit, membuat sendiri, pertukaran, dan pemberian dari pihak lain.
Untuk Aktiva Tetap Berwujud yang diperoleh melalui pembelian secara kredit (angsuran) akan dicatat sebesar harga jika aktiva tersebut dibeli secara tunai (cash cost). Dengan demikian unsur bunga bukan merupakan komponen harga perolehan. Tingkat bunga bisa dinyatakan secara eksplisit maupun implisit.
Dalam suatu pembelian Aktiva Tetap Berwujud dapat terjadi untuk beberapa aktiva sekaligus dengan harga gabungan. Bila hal ini terjadi maka alokasi harga perolehan ke masing-masing Aktiva Tetap Berwujud didasarkan pada harga pasar masing-masing Aktiva Tetap Berwujud yang bersangkutan.
Bila Aktiva Tetap Berwujud diperoleh dengan jalan membuat sendiri, timbul masalah perlakuan biaya overhead pabrik. Ada 3 cara perlakuan BOP tersebut, yakni dialokasikan secara proporsional ke harga perolehan dan harga pokok produksi; dibebankan ke harga perolehan Aktiva Tetap Berwujud sebesar tambahan biaya yang timbul berkenaan dengan pembuatan Aktiva Tetap Berwujud tersebut; dan dialokasikan ke harga perolehan Aktiva Tetap Berwujud yang dibuat sebesar kesempatan yang hilang untuk berproduksi akibat adanya pembuatan Aktiva Tetap Berwujud tersebut. Selain itu juga timbul masalah perlakuan bunga dalam rangka pembuatan suatu Aktiva Tetap Berwujud.
Aktiva Tetap Berwujud yang diperoleh melalui pertukaran harus dicatat/diakui sebesar harga wajar dari aktiva yang diperoleh atau aktiva yang diserahkan mana yang lebih jelas. Dalam pertukaran ini dibedakan pula masalah serupa atau tidak serupa aktiva yang dipertukarkan. Di samping itu perlu pula diperhatikan apakah dalam pertukaran itu ada serah terima uang kas. Hal ini penting untuk perlakuan adanya rugi/laba pertukaran.
Aktiva Tetap Berwujud yang diperoleh melalui pertukaran dengan surat berharga juga dicatat sebesar nilai wajar Aktiva Tetap Berwujud yang diterima atau surat berharga yang diserahkan tergantung mana yang lebih jelas. Aktiva Tetap Berwujud yang diperoleh dari donasi/hadiah/pemberian atau dari hasil temuan akan dicatat dengan harga perolehan sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak.
Kegiatan Belajar 3
Pengeluaran-pengeluaran Selama Masa Penggunaan dan Pemberhentian Aktiva Tetap Berwujud
Selama pemilikan dan penggunaan ATB dapat terjadi pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan ATB tersebut. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dibedakan atas pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) dan pengeluaran modal (capital expenditure). Kriteria dan faktor yang menentukan apakah suatu pengeluaran termasuk pengeluaran penghasilan atau pengeluaran modal adalah:
• Berulang tidaknya
• Besar kecilnya
• Menambah umur atau tidak
• Kebijaksanaan manajemen.
Pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan ATB meliputi pengeluaran untuk pemeliharaan, reparasi, penggantian dan perbaikan, penambahan, serta untuk penyusunan kembali. Pengeluaran untuk reparasi terdiri atas reparasi rutin dan reparasi besar. Perlakuan reparasi besar bisa menambah harga perolehan atau bisa pula dikurangkan ke akumulasi depresiasi ATB. Hal tersebut tergantung pada menambah manfaat ataukah menambah umur ATB yang bersangkutan.
Suatu aktiva mungkin pula diberhentikan penggunaannya walaupun umur ekonomisnya belum berakhir. Pemberhentian ini mungkin karena dijual yang dapat menimbulkan rugi/laba pemberhentian, atau bisa pula karena sebab lain seperti kebakaran. Bila suatu Aktiva Tetap Berwujud terbakar dan tidak diasuransikan maka kerugian yang ditanggung oleh perusahaan akan relatif besar. Namun bila perusahaan mengasuransikan ATB-nya kemudian terbakar maka tentu akan mendapat ganti rugi dari perusahaan asuransi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian kerugian perusahaan yang lebih besar dapat dicegah.
MODUL 2
DEPRESIASI DAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP
Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Tujuan Penyusutan
Aktiva Tetap Berwujud tidak dapat digunakan dalam operasi perusahaan untuk selamanya. Suatu saat Aktiva Tetap Berwujud akan diafkir, kecuali tanah. Aktiva Tetap Berwujud karena digunakan tentu dapat rusak, aus, usang, dan lain-lain. Sejalan dengan itu, prestasi dari Aktiva Tetap Berwujud tersebut tentu akan berkurang. Karena prestasinya semakin berkurang dan suatu saat tidak dapat digunakan lagi, maka akan dialami suatu kerugian atas harga perolehannya. Alokasi harga perolehan ke periode-periode yang menikmati hasil Aktiva Tetap Berwujud tersebut dalam akuntansi disebut penyusutan (depresiasi).
Faktor-faktor penyebab penyusutan dari suatu Aktiva Tetap Berwujud tidak sekedar hanya faktor fisik seperti rusak, runtuh, aus, dan usang, namun juga faktor-faktor fungsional seperti ketinggalan zaman, ketidakcukupan, dan pola pemakaian.
Penyusutan sebagai alokasi harga perolehan menimbulkan biaya penyusutan. Biaya penyusutan besarnya ditentukan oleh faktor harga perolehan, umur ekonomis, nilai sisa, dan metode penyusutan. Harga perolehan adalah keseluruhan pengeluaran yang layak dibebankan atau dikapitalisasikan sebagai harga perolehan. Harga perolehan ini dialokasikan selama taksiran umur ekonomis penggunaan Aktiva Tetap Berwujud yang disusut sampai tidak menguntungkan lagi.
Pada suatu saat Aktiva Tetap Berwujud secara ekonomis tidak menguntungkan lagi. Pada saat itu aktiva tersebut mungkin masih mempunyai nilai sebagai barang rongsokan. Nilai tersebut adalah nilai sisa yang harus diperhitungkan sebagai pengurang harga perolehan yang akan dialokasikan.
Pengalokasian harga perolehan harus dilakukan secara sistematis dan rasional. Untuk itu diperlukan metode depresiasi. Metode yang akan digunakan hendaknya sesuai dengan sifat dan pola penggunaan aktiva yang akan disusut.
Pencatatan depresiasi adalah dengan mendebit biaya depresiasi dan mengkredit akumulasi depresiasi dari aktiva tetap yang bersangkutan. Akumulasi depresiasi merupakan rekening neraca dan diperlakukan sebagai rekening pengurang (off-set account) dari rekening aktiva yang bersangkutan. Harga perolehan suatu Aktiva Tetap Berwujud dikurangi akumulasi depresiasi menghasilkan nilai buku aktiva tersebut.
Kegiatan Belajar 2
Metode-metode Depresiasi
Di dalam melakukan depresiasi terhadap Aktiva Tetap Berwujud, terdapat beberapa metode yang bisa kita gunakan. Adanya beberapa metode depresiasi dikarenakan tiap-tiap Aktiva Tetap Berwujud mempunyai pola pemakaian yang berbeda-beda. Metode depresiasi yang dipilih untuk digunakan sedapat mungkin sesuai dengan pola pemakaian aktiva tetap yang disusut. Adapun penggunaan metode depresiasi yang sesuai dengan pola pemakaian aktiva tetap bertujuan agar proses pertemuan antara penghasilan dan biaya bisa mendekati ketepatan. Hal ini disebabkan penggunaan metode depresiasi yang sesuai dengan pola pemakaian aktiva tetap yang disusut akan menghasilkan pengakuan biaya depresiasi sebagai alokasi harga perolehan aktiva tetap sebesar yang seharusnya.
Pada garis besarnya terdapat 4 metode depresiasi, yaitu:
• 1) Metode Aktivitas
Dengan metode ini depresiasi dihitung berdasarkan aktivitas-aktivitas aktiva tetap. Metode ini akan menghasilkan alokasi harga perolehan aktiva tetap secara tepat, akan tetapi tidak mudah untuk menentukan besarnya aktivitas aktiva tetap secara tepat sehingga dalam praktiknya metode ini sulit digunakan.
• 2) Metode Garis Lurus
Metode ini mengasumsikan bahwa aktiva tetap mempunyai aktivitas yang sama untuk tiap periode selama masa penggunaannya. Dan dalam setiap periodenya aktiva tetap tersebut memberikan manfaat yang sama besarnya, sehingga besarnya alokasi harga perolehan untuk tiap periodenya sama besar.
• 3) Metode Depresiasi Dengan Pembebanan Yang Menurun
Metode ini mempunyai asumsi bahwa semakin tua suatu aktiva tetap, maka akan semakin kecil pula kemampuannya dalam memberikan manfaat. Untuk itu alokasi harga perolehannya juga semakin kecil seiring dengan bertambahnya umur aktiva tetap tersebut.
• 4) Metode Depresiasi Khusus
Metode depresiasi khusus digunakan untuk aktiva-aktiva tetap yang apabila menggunakan metode lain tidak dimungkinkan ataupun kurang praktis dan hasilnya kurang memuaskan.
Kegiatan Belajar 3
Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Berkenaan dengan tujuan akuntansi keuangan untuk memberikan informasi keuangan suatu badan usaha kepada pihak yang berkepentingan, maka sudah selayaknya apabila laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari akuntansi keuangan menyajikan informasi yang tidak menyesatkan pihak yang memakainya. Oleh karena itu, apabila kondisi perekonomian kurang stabil sehingga terjadi perubahan nilai uang yang cukup berarti, harga perolehan aktiva yang terbentuk pada masa lalu perlu dilakukan penyesuaian nilai. Penyesuaian nilai aktiva ini merupakan penyimpangan dari prinsip harga pokok historis (historical cost).
Penyesuaian terhadap harga perolehan aktiva tetap berwujud biasa disebut revaluasi atau penilaian kembali aktiva tetap. Standar Akuntansi Keuangan yang menganut prinsip harga pokok historis di dalam menilai dan mencatat aktiva, pada umumnya tidak memperkenankan penilaian kembali terhadap aktiva tetap. Akan tetapi penyimpangan terhadap aturan tersebut bisa dilakukan apabila untuk keperluan pajak misalnya, ada peraturan pemerintah yang memberi kesempatan kepada badan usaha untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya.
Penilaian kembali terhadap aktiva tetap bisa mengakibatkan dua kemungkinan bagi harga perolehannya, yaitu:
• Mengakibatkan kenaikan harga perolehan
• Menurunkan harga perolehan.
Penilaian kembali yang mengakibatkan naiknya harga perolehan di dalam mencatatnya harus menunda laba akibat naiknya harga perolehan sampai aktiva tetap yang bersangkutan dijual. Akan tetapi untuk sebaliknya, penilaian kembali aktiva tetap yang mengakibatkan turunnya harga perolehan harus langsung diakui rugi penurunan harga perolehan karena penilaian kembali pada saat penilaian kembali tersebut dilakukan.
Penilaian kembali terhadap aktiva tetap yang mempunyai umur ekonomis terbatas, tidak hanya mempengaruhi besarnya harga perolehan saja, tetapi juga harus dilakukan penyesuaian terhadap akumulasi depresiasinya. Penilaian kembali terhadap aktiva tetap yang mempunyai umur ekonomis terbatas, dan mengakibatkan kenaikan harga perolehan perlu dilakukan koreksi terlebih dahulu terhadap pengakuan biaya depresiasi di tahun-tahun yang lewat, apabila dalam melakukan penilaian kembali tersebut sekaligus dilakukan revisi terhadap umur ekonomis ataupun nilai residu aktiva tetap yang bersangkutan. Depresiasi terhadap aktiva tetap yang telah dinilai kembali harus didasarkan pada harga perolehan hasil penilaian kembali. Dan bagi penilaian kembali yang membuat harga perolehan aktiva tetap naik, harus dilakukan amortisasi terhadap kenaikan nilai buku aktiva tetap tersebut. Laba/rugi penjualan aktiva tetap yang telah dinilai kembali diperhitungkan dari harga jualnya beserta nilai buku aktiva tetap yang bersangkutan berdasarkan harga perolehannya yang lama.
MODUL 3
AKTIVA SUMBER ALAM DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD
Kegiatan Belajar 1
Aktiva Sumber Alam dan Deplesi
Aktiva sumber alam (wasting assets) adalah aktiva yang berasal dari alam yang berkurang atau habis karena penambangan atau pengambilan dan penggantiannya hanya dapat dilakukan oleh proses alam yang memerlukan waktu yang sangat lama. Contoh aktiva sumber alam adalah minyak bumi, emas, batubara, dan lain-lain. Alokasi harga perolehan aktiva sumber alam disebut deplesi.
Elemen harga perolehan dari aktiva sumber alam ini terdiri atas biaya pemilikan (perolehan), biaya eksplorasi, dan intangible development costs. Ketiga elemen ini dapat berdiri sendiri-sendiri, dalam arti deplesi dapat dilakukan per elemen harga perolehan tersebut.
Cara perolehan aktiva sumber alam adalah dengan pembelian atas dasar fee interest dan dengan hak sewa (leasehold interest). Untuk biaya eksplorasi, perlakuannya dapat menggunakan konsep full costing dan konsep successful effort.
Alokasi harga perolehan (deplesi) aktiva sumber alam umumnya didasarkan pada unit output. Dengan demikian dapat dihitung tarif deplesi per unit output. Tarif deplesi dapat dibagi 2 (dua) yakni tarif tunggal dan tarif berbeda-beda untuk setiap elemen harga perolehan. Tarif tunggal biasanya diterapkan bila biaya perolehan pemilikan relatif kecil. Tarif sangat mungkin berubah (direvisi) karena perubahan taksiran kandungan, oleh karenanya dapat terjadi penyesuaian terhadap biaya deplesi.
Pencatatan deplesi adalah dengan mendebit biaya deplesi dan mengkredit akumulasi deplesi. Deplesi tidak persis sama dengan depresiasi, walaupun keduanya merupakan alokasi harga perolehan. Ada perbedaan antara pengertian deplesi dengan pengertian depresiasi. Deplesi merupakan perwujudan berkurangnya kuantitas kandungan sumber alam. Biaya deplesi membentuk harga pokok produk jadi dan yang jelas istilah deplesi digunakan untuk alokasi harga perolehan aktiva sumber alam.
Kegiatan Belajar 2
Aktiva Tetap Tak Berwujud
Aktiva Tetap Tak Berwujud adalah aktiva yang memberikan hak-hak mutlak dan istimewa kepada pemilikannya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, digunakan dalam operasi normal perusahaan, dan diperoleh dari pembelian atau dikembangkan sendiri oleh pemiliknya.
Aktiva Tetap Tak Berwujud tidak mempunyai fisik yang nyata, sangat tergantung pada aktiva yang lain dan tidak dapat ditransfer. Kalaupun ada istilah penjualan hak paten, hak cipta, dan sebagainya, itu hanyalah pemberian hak pada perusahaan lain (pembeli). Paten dan hak cipta itu sendiri tetap berada pada si pemilik.
Aktiva tetap tak berwujud digolongkan menjadi aktiva tetap tak berwujud yang umurnya terbatas dan tidak terbatas. Selain itu dapat pula dikelompokkan atas dasar dapat tidaknya diidentifikasikan cara perolehan, periode keuntungan yang diharapkan, dan dapat tidaknya dipisahkan dari eksistensi perusahaan.
Masalah akuntansi aktiva tetap tak berwujud sama seperti pada masalah akuntansi aktiva tetap berwujud, yakni penentuan harga perolehan, alokasi harga perolehan, dan masalah pemberhentian. Persoalan khusus dalam akuntansi aktiva tetap tak berwujud ini adalah bahwa tiap jenis aktiva tetap tak berwujud mempunyai kekhasan tersendiri. Bila ingin mengetahui akuntansi aktiva tetap tak berwujud maka harus mengetahui akuntansi tiap jenis aktiva tersebut.
Alokasi harga perolehan aktiva tetap tak berwujud disebut amortisasi. Dalam amortisasi ini, salah satu yang perlu lebih mendapat perhatian adalah masalah umur ekonomis. Umur ekonomis suatu aktiva tetap tak berwujud dipengaruhi atau ditentukan oleh undang-undang, pengaruh persaingan, ketinggalan zaman, dan sebagainya. Nilai residu pada aktiva tetap tak berwujud boleh dikatakan nol alias tidak ada. Amortisasi aktiva tetap tak berwujud dipercepat terutama bila ada gejala nilai aktiva tersebut sudah tidak memadai lagi.
Aktiva tetap tak berwujud diberhentikan karena sebab-sebab dijual, ditukarkan, dan dihapuskan karena sebab-sebab tertentu. Pencatatan amortisasi adalah dengan mendebit biaya amortisasi dan mengkredit langsung pada rekening aktiva tetap tak berwujud yang bersangkutan. Rekening akumulasi amortisasi jarang digunakan. Di neraca aktiva tetap tak berwujud harus dijelaskan semaksimal mungkin agar si pembaca neraca tidak tersesat.
MODUL 4
UTANG OBLIGASI
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Utang Obligasi
Utang obligasi merupakan salah satu jenis utang jangka panjang. Bunga yang dibayarkan dilakukan secara periodik. Dalam sebuah SHO terdapat informasi mengenai nilai nominal, tingkat bunga, periode pembayaran, dan tanggal jatuh tempo.
Penerbitan SHO umumnya dimaksudkan untuk keperluan dana yang relatif cukup besar guna investasi. Hasil dari investasi tersebut biasanya dinikmati setelah beberapa tahun setelah investasi itu dilakukan. Dalam beberapa hal penerbitan SHO lebih menguntungkan dibandingkan dengan menerbitkan saham. Keuntungan tersebut antara lain dalam hal penghematan pembayaran pajak penghasilan. Akan tetapi konsekuensi dari SHO adalah bahwa bunga harus tetap dibayar walaupun perusahaan menderita kerugian.
SHO mempunyai jenis antara lain SHO atas nama, atas unjuk, bersyarat, berseri, terpanggil, terjamin, tak terjamin, dan lain-lain.
Harga pasar SHO secara teoretis dikaitkan dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar uang yang disebut dengan bunga efektif. Dalam hal tingkat bunga efektif lebih tinggi dari tingkat bunga nominal maka harga jual obligasi akan lebih rendah dari nilai nominal. Perhitungan harga jual teoretis adalah dengan menghitung nilai tunai (present value) dari bunga periodik dan nilai tunai pelunasan obligasi dengan menggunakan tingkat bunga efektif.
Kegiatan Belajar 2
Akuntansi Utang Obligasi
Akuntansi SHO mencakup 3 hal pokok yakni pencatatan pelunasan obligasi, saat SHO dalam peredaran, dan pencatatan pelunasan SHO.
Untuk akuntansi SHO saat pengeluarannya ada 2 metode yakni pencatatan hanya obligasi yang terjual saja dan pencatatan tidak hanya yang terjual saja tapi yang belum terjual juga. Bila hal ini terjadi maka tidak mengandung unsur bunga berjalan. Namun bila penjualan terjadi tidak tepat pada tanggal pembayaran bunga maka harus diperhitungkan bunga berjalan. Bunga berjalan adalah bunga yang diperhitungkan untuk periode waktu antara jatuh tempo bunga sebelumnya sampai dengan tanggal pembelian SHO.
Penjualan SHO mungkin pula terjadi melalui prosedur pesanan. Dalam prosedur pesanan ini, SHO biasanya baru akan diselesaikan pada saat pesanan tersebut sudah dilunasi.
Bunga akan dibayar tiap tanggal jatuh tempo yang tercantum dalam SHO. Bila tanggal jatuh tempo bunga bukan tanggal 31 Desember (tutup buku) maka pada tiap tanggal 31 Desember tersebut akan ada jurnal penyesuaian pengakuan bunga dan pada awal tahun buku berikutnya dibuat jurnal pembalikan.
Dalam penjualan SHO dapat terjadi premium atau diskonto SHO yang merupakan selisih antara harga jual bersih dengan nilai nominal. Premium atau diskonto tersebut harus diamortisasi selama umur utang obligasi. Amortisasi dapat menggunakan metode garis lurus atau metode bunga.
SHO dapat dilunasi sebelum jatuh temponya. Bila terjadi pelunasan yang demikian maka dapat terjadi rugi atau laba pelunasan. Pelunasan SHO ada dua kemungkinan perlakuan yaitu memang merupakan pelunasan atau pelunasan dilakukan dengan tujuan dijual lagi pada pihak lain. Yang terakhir ini dikenal dengan istilah treasury bonds.
Penyajian SHO di neraca harus memasukkan hal-hal pokok yang dimuat dalam penyajiannya. Premium atau diskonto yang belum diamortisasi harus ditambahkan/ dikurangkan pada nilai jatuh tempo SHO tersebut.
Kegiatan Belajar 3
Obligasi Berseri dan Obligasi Terkonversi
Obligasi berseri adalah merupakan obligasi yang pelunasannya bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan perusahaan penerbit. Masalah akuntansi pada Obligasi Berseri adalah sama dengan Obligasi Bersyarat (obligasi biasa atau term bonds). Amortisasi dilakukan terhadap premium atau diskonto, juga dimungkinkan pelunasan sebelum jatuh tempo.
Pelunasan obligasi juga bisa dimaksudkan benar-benar sebagai pelunasan dan bisa pula sebagai treasury bonds.
Obligasi mungkin pula ditukarkan dengan jenis surat berharga yang lain yang dikeluarkan oleh perusahaan penerbit. Obligasi yang dapat diperlakukan seperti ini disebut obligasi terkonversi. Bila perusahaan penerbit menarik/melunasi SHO dengan jalan menerbitkan SHO yang baru disebut dengan bonds refunding.
Terdapat 2 pandangan pada penjualan obligasi terkonversi yakni dianggap sebagai transaksi utang saja dan dianggap sebagai transaksi utang dan modal. Bila pemegang obligasi terkonversi menggunakan haknya maka ukuran transaksi dapat menggunakan harga pasar dari surat berharga yang ditukarkan mana yang paling jelas atau dapat pula menggunakan dasar nilai buku obligasi saat pertukaran berlangsung.
MODUL 5
MODAL SAHAM: TRANSAKSI-TRANSAKSI PADA SAAT PENGELUARAN
Kegiatan Belajar 1
Perseroan Terbatas dan Modal Saham
Perseroan Terbatas secara hukum merupakan pribadi/orang yang berdiri sendiri yang menimbulkan hak dan kewajiban. Oleh karena itu PT secara hukum terpisah dengan pemiliknya. Modal dalam PT disebut modal saham. Pemilik menyetorkan modal kepada PT sebagai bukti pemilikan. Bagi PT yang baru didirikan maka modalnya akan berasal dari penerbitan dan penjualan saham yang nilai dan jumlahnya ditetapkan dalam anggaran dasar dan akte pendiriannya. Bagi PT yang sudah berjalan beberapa periode maka modalnya juga termasuk laba yang diperoleh dan tidak dibagikan.
Pada dasarnya PT digolongkan pada PT Pemerintah dan PT Swasta. PT Swasta dilihat dari ada tidaknya saham terdiri atas PT Tanpa Saham dan PT Dengan Saham. PT Dengan Saham terbagi lagi menjadi PT Terbuka dan PT Tertutup. PT Terbuka ada 2 (dua) macam, yakni PT Terdaftar dan PT Tidak Terdaftar.
Surat (sertifikat) saham sebagai tanda bukti pemilikan atau ikut menanamkan modal dapat mempunyai nominal dan dapat pula tanpa nominal. Biasanya saham mempunyai nominal. Para pemegang saham mempunyai hak-hak di samping mempunyai kewajiban menyetor modal dan bertanggung jawab sebesar modal yang telah disertakan. Hak-hak pemegang saham antara lain: hak suara, hak pembagian laba, hak mempertahankan proporsi pemilikan saham, dan lain-lain. Jenis surat saham ada dua yakni saham biasa dan saham prioritas. Saham prioritas mempunyai beberapa keistimewaan seperti keistimewaan dalam hal pembagian dividen.
Dalam pembagian dividen saham prioritas terdapat beberapa macam cara, yakni kumulatif berpartisipasi, kumulatif tidak berpartisipasi, tidak kumulatif berpartisipasi, dan tidak kumulatif tidak berpartisipasi. Dalam hal partisipasi dikenal partisipasi penuh dan partisipasi persentase tertentu.
Kegiatan Belajar 2
Akuntansi Modal Saham pada saat Pengeluaran
Perusahaan yang berbentuk PT modalnya terbagi pada saham-saham. Saham umumnya mempunyai nilai, tetapi saham dapat pula tanpa nilai nominal. Saham dapat pula mempunyai nilai yang ditetapkan.
Dalam pengeluaran saham ada dua metode pencatatan yang dapat dilakukan yaitu metode otorisasi dicatat memorandum dan metode otorisasi dicatat formal. Jika metode otorisasi dicatat formal maka dibuat rekening modal saham belum beredar.
Penjualan saham bisa terjadi di atas nilai nominal dan bisa pula di bawah nominal. Bila penjualan terjadi di atas nominal maka selisihnya dicatat sebagai agio saham, sedang bila di bawah nominal dicatat sebagai disagio saham.
Ada kalanya pula penjualan saham dilakukan melalui prosedur pesanan. Bila prosedur ini ditempuh maka akan terdapat rekening modal saham dipesan. Saham akan diserahkan pada pemesan biasanya setelah pemesan melunasi seluruh harga jual beli saham. Sebagai konsekuensi dari prosedur pesanan mungkin sekali terjadi pembatalan pesanan. Ada 4 alternatif perlakuan atas jumlah yang telah dibayarkan dalam pembatalan pesanan saham tersebut yaitu:
1. Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan
2. Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan dikurangi dengan jumlah tertentu
3. Jumlah pembayaran yang telah dilakukan diakui sebagai unsur penambah modal dan disajikan sebagai tambahan modal dari pembatalan penjualan saham
4. Mengeluarkan saham yang sebanding dengan jumlah pembayaran yang telah dilakukan.
Di samping penjualan melalui prosedur pesanan, penjualan saham mungkin pula dilakukan secara lumpsum. Penjualan secara lumpsum berarti penjualan beberapa jenis saham sekaligus dengan harga gabungan. Untuk itu alokasi harga jual dapat dilakukan dengan salah satu dari kedua metode yaitu metode proporsional atau metode inkremental.
Pendirian sebuah PT dapat saja terjadi dari perubahan bentuk perusahaan, misalnya dari Firma menjadi PT. Masalah akuntansi dalam perubahan bentuk demikian adalah pencatatan perpindahan aktiva dan pasiva dari perusahaan yang lama ke perusahaan yang baru. Umumnya pencatatan didasarkan pada nilai yang disepakati yang sangat mungkin nilainya lebih tinggi dari nilai pasarnya. Selisih tersebut dicatat sebagai goodwill. Pencatatan terhadap perubahan bentuk ini dapat dilakukan dengan meneruskan pembukuan lama atau dapat pula dengan menyelenggarakan pembukuan baru.
MODUL 6
EMISI SAHAM DAN HAK BELI SAHAM
Kegiatan Belajar 1
Hak Beli Saham untuk Pemegang Saham dan untuk Pembeli Surat-surat Berharga Perusahaan
Hak Beli Saham pada mulanya diberikan kepada pemilik saham perusahaan sebagai realisasi preemtive rights karena adanya penerbitan saham baru oleh perusahaan. Preemtive rights adalah hak pemilik saham untuk dapat mempertahankan pemilikan relatif atas perusahaan. Dengan adanya penerbitan saham baru oleh perusahaan, maka pemilik saham memperoleh kesempatan terlebih dahulu untuk membeli saham baru itu agar pemilikan relatif terhadap perusahaan dapat dipertahankan.
Pada perkembangan selanjutnya, Hak Beli Saham bisa diberikan kepada pembeli surat-surat berharga yang diterbitkan perusahaan. Surat berharga yang diterbitkan perusahaan bisa berupa Surat Utang Obligasi atau Saham. Hak Beli Saham yang diberikan kepada pembeli surat berharga perusahaan bisa mempunyai nilai ekonomis yang memerlukan perlakuan akuntansi tertentu bagi perusahaan. Hak Beli Saham akan mempunyai nilai ekonomis jika harga saham yang ditawarkan kepada pemegang Hak Beli Saham lebih rendah dari harga pasarnya.
Hak Beli Saham diberikan kepada pembeli surat berharga perusahaan dalam bentuk Sertifikat Hak Beli Saham. Dimilikinya nilai ekonomis pada Hak Beli Saham menyebabkan Sertifikat Hak Beli Saham bisa diperdagangkan. Oleh karena itu, Sertifikat Hak Beli Saham bisa dikategorikan sebagai surat berharga. Dengan demikian, apabila kepada pembeli surat berharga perusahaan diberikan Sertifikat Hak Beli Saham, maka sebenarnya perusahaan telah menjual 2 (dua) jenis surat berharga dengan satu harga, sebagaimana halnya dengan penjualan surat berharga secara lumpsum. Hal itu mempunyai konsekuensi akuntansi bagi perusahaan untuk mengalokasikan hasil penjualannya ke masing-masing jenis surat berharga.
Hak Beli Saham yang diberikan kepada pembeli saham perusahaan pada umumnya mempunyai maksud agar bisa menaikkan harga pasar sahamnya. Alokasi penjualan saham ke Hak Beli Saham dan kepada saham yang dijual hanya dilakukan apabila saham yang dijual itu tidak sejenis dengan saham yang ditawarkan untuk bisa dibeli dengan Hak Beli Saham.
Hak Beli Saham yang diberikan kepada pembeli obligasi perusahaan biasanya bertujuan agar perusahaan bisa menjual obligasi dengan bunga yang lebih rendah dari bunga yang sedang berlaku di pasar modal.
Kegiatan Belajar 2
Hak Beli Saham untuk Karyawan Perusahaan
Hak Beli Saham pada mulanya diberikan kepada pemilik saham perusahaan sebagai realisasi preemtive rights karena adanya penerbitan saham baru oleh perusahaan. Preemtive rights adalah hak pemilik saham untuk dapat mempertahankan pemilikan relatif atas perusahaan. Dengan adanya penerbitan saham baru oleh perusahaan, maka pemilik saham memperoleh kesempatan terlebih dahulu untuk membeli saham baru itu agar pemilikan relatif terhadap perusahaan dapat dipertahankan.
Pada perkembangan selanjutnya, Hak Beli Saham bisa diberikan kepada pembeli surat-surat berharga yang diterbitkan perusahaan. Surat berharga yang diterbitkan perusahaan bisa berupa Surat Utang Obligasi atau Saham. Hak Beli Saham yang diberikan kepada pembeli surat berharga perusahaan bisa mempunyai nilai ekonomis yang memerlukan perlakuan akuntansi tertentu bagi perusahaan. Hak Beli Saham akan mempunyai nilai ekonomis jika harga saham yang ditawarkan kepada pemegang Hak Beli Saham lebih rendah dari harga pasarnya.
Hak Beli Saham diberikan kepada pembeli surat berharga perusahaan dalam bentuk Sertifikat Hak Beli Saham. Dimilikinya nilai ekonomis pada Hak Beli Saham menyebabkan Sertifikat Hak Beli Saham bisa diperdagangkan. Oleh karena itu, Sertifikat Hak Beli Saham bisa dikategorikan sebagai surat berharga. Dengan demikian, apabila kepada pembeli surat berharga perusahaan diberikan Sertifikat Hak Beli Saham, maka sebenarnya perusahaan telah menjual 2 (dua) jenis surat berharga dengan satu harga, sebagaimana halnya dengan penjualan surat berharga secara lumpsum. Hal itu mempunyai konsekuensi akuntansi bagi perusahaan untuk mengalokasikan hasil penjualannya ke masing-masing jenis surat berharga.
Hak Beli Saham yang diberikan kepada pembeli saham perusahaan pada umumnya mempunyai maksud agar bisa menaikkan harga pasar sahamnya. Alokasi penjualan saham ke Hak Beli Saham dan kepada saham yang dijual hanya dilakukan apabila saham yang dijual itu tidak sejenis dengan saham yang ditawarkan untuk bisa dibeli dengan Hak Beli Saham.
Hak Beli Saham yang diberikan kepada pembeli obligasi perusahaan biasanya bertujuan agar perusahaan bisa menjual obligasi dengan bunga yang lebih rendah dari bunga yang sedang berlaku di pasar modal.
MODUL 7
MODAL SAHAM: PENARIKAN KEMBALI, PELUNASAN, PERTUKARAN DAN PERUBAHAN NILAI NOMINAL SAHAM
Kegiatan Belajar 1
Treasury Stock
Salah satu transaksi modal (ekuitas) adalah penarikan kembali saham yang beredar. Bila sifat penarikan saham tersebut adalah sementara, maka saham tersebut disebut Treasury Stock. Selain itu, Treasury Stock dapat pula berasal dari donasi atau sebagai pelunasan suatu klaim.
Ada banyak alasan ditariknya untuk sementara saham yang beredar. Alasan tersebut antara lain agar tersedia jumlah lembar saham yang cukup untuk ditukarkan dengan obligasi yang terkonversi (Convertible Bonds) dan untuk menaikkan harga pasar saham atau pendapatan per lembar saham.
Treasury Stock dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan, namun Treasury Stock tidak dapat dianggap sebagai aktiva. Treasury Stock akan berfungsi sebagai pengurang hak-hak pemilik. Dalam praktik, kadang-kadang Treasury Stock diperlakukan sebagai aktiva lain-lain.
Akuntansi Treasury Stock ada dua metode, yaitu metode harga perolehan dan metode nilai nominal. Metode mana yang akan digunakan tidak menjadi masalah, namun hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam transaksi yang menyangkut treasury stock tidak diperkenankan
Daftar Pustaka
MODUL 1
AKTIVA TETAP BERWUJUD: PEROLEHAN, PENGGUNAAN, DAN PEMBERHENTIANNYA
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York.
MODUL 2
DEPRESIASI DAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia.(1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York.
MODUL 3
AKTIVA SUMBER ALAM DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York.
MODUL 4
UTANG OBLIGASI
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York.
MODUL 5
MODAL SAHAM: TRANSAKSI-TRANSAKSI PADA SAAT PENGELUARAN
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York.
MODUL 6
EMISI SAHAM DAN HAK BELI SAHAM
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York.
MODUL 7
MODAL SAHAM: PENARIKAN KEMBALI, PELUNASAN, PERTUKARAN DAN PERUBAHAN NILAI NOMINAL SAHAM
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York.
MODUL 8
LABA YANG DITAHAN
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York.
MODUL 9
PERUBAHAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN
1. Harnanto. (1992). Akuntansi Keuangan Intermediate, Liberty, Yogyakarta.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan-Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
3. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. (1987). Intermediate Accounting, Edisi 5, John Wiley & Sons, New York
Sumber : www.ut.ac.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar